Kamis, 29 November 2012

He said


He said :
Akan ada banyak kata cinta penuh makna buat mengisi blog ini.. namun satu hal yang kamu mesti ingat: semua hanya kata, hingga kamu resapi maknanya, kamu pahami maksudnya, kamu terima kata-kata itu, dan kamu pandang mataku yang tak bisa berkata-kata seperti tulisan ini.. karena mata ini hanya dapat mengucap satu makna kata : CINTA
*just for my beloved .. I realy hope and pray that u’ll be with me for the rest of my life..

Sabtu, 24 November 2012

^_^'


Apa sich yang dilakukan oleh dua manusia yang sedang berpacaran ? makan bersama diluar ... nonton dibioskop ... jalan-jalan malam minggu ... nonton konser ...

Tapi, sebenernya di sudut bumi yang luas ini, tidak semua pasangan bisa merasakan hal yang sama, yang mungkin kata orang-orang itu adalah hal hal yang sebenarnya wajar dilakukan oleh semua pasangan.

Contohnya :
Ada sepasang kekasih yang sedang backstreet, mereka pacaran tapii tidak semua orang tau. hanya beberapa teman yang mengetahui hubungan mereka, mungkin karena tidak disetujui oleh orang tua masing-masing *sok sok cerita ala romeo and juliet gitu*. Jadii, mereka TIDAK makan bersama diluar, TIDAK nonton dibioskop, TIDAK jalan-jalan di malam minggu, TIDAK nonton konser, dan lain-lain yang sewajarnya dilakukan oleh manusia yang sedang pacaran. Tapii .. mereka punya cara sendiri untuk menikmati masa pacaran tanpa menghilangkan kesan romantis dan masa-masa indah yang seharusnya dirasakan. Bahkan itu bisa kita jadikan ujian untuk masing-masing pasangan, entah itu dalam hal kesetiaan atau pengorbanan.

Orang-orang sekeliling yang tau bahwa kita “jomblo”, mereka akan mencoba menjodohkan kita kepada lawan jenis, memperkenalkan teman mereka kepada kita, dan menyuruh kita untuk “mencoba” mengenal mereka terlebih dahulu. Yang sering dikatakan “udaah..kenalan dulu ajaa, selanjutnyaa terserah kamu deh mau kamu ambil ato kamu buang” *dipikir cowo itu sama dengan printer second kali ya*. Daann.. dari situ kita diuji , apakah kita akan mencoba untuk menjalani dulu atau menolak langsung karna kita sadar, bahwa.. -aku sudah memiliki seseorang yang sedang menunggu kehadiranku disana- . jika kita mencoba , tidak menutup kemungkinan kita akan sedikit berpaling dan tidak jarang juga malah akhirnya jadian sama yang dikenalin.. apa itu namanya Takdir ??

Aku, sebisa mungkin akan menolak. Karna aku sudah memilih pilihanku sendiri, dengan sadar aku mencintai dia, dengan hati aku merasakan perasaan cinta, dan dengan pikiran aku memberikan apa yang dapat aku berikan, yaitu.. Cintaku

Pengorbanan.. saat kita dibuat untuk memilih antara ‘teman’ dan ‘pacar’ , kadang kita lebih memilih untuk bersama pacar, karna dalam pikiran kita, kita sering bersama teman atau bahkan kapanpun dan dimanapun kita bisa bersama mereka. tapi itu bukan pengorbanan mungkin itu bisa dikatakan, ‘semestinya’. Dan berbohong, bisa jadi pengorbanan yang sering dilakukan :D


Apa kalian pernah berpikir, bahwa di saat kita sedang dikamar mandi pun, kita bisa melakukan hal yang romantis *menurut orang-orang tertentu ya*. *maaf* misal, disaat yang bersamaan kita sedang ‘pupy’, dan kita berbincang via messages dengan tertawa bersama, menurut dia, itu romantis. Hal gila dan tidak mungkin semua orang bisa melakukannya, atauu lebih tepatnya TIDAK mau melakukannya :D
Saat sedang dilanda kerinduan yang sangat amat besar, dan kondisi tidak memungkinkan untuk bertemu, apa yang akan dilakukan.. “menatap tembok kamar sambil memeluk guling” dan ditempat lain disaat yang sama, pasangan kita melakukan hal yang sama, menurut dia, itu romantis.
Saat pasangan lain menutupi kekurangan masing-masing, dan terus memperlihatkan kelebihannya masing-masing, kita tidak melakukan itu. Kita menjadi diri kita sendiri, tanpa harus meminta dia untuk bisa menerima kita apa adanya, dia sudah memperlihatkan bahwa dia mau menerima. Apa ada pria yang mau mendengar suara ‘kentut’ kita sambil tertawa manis? .. Apa ada pria yang mau melihat wajah ‘jelek’ kita, saat siang bolong dengan wajah berkeringat dan berminyak dia tetap berkata “kamu cantik” ? .. Apa ada pria yang mau tetap memeluk tubuh kamu saat kamu sendiri merasa ‘bau’ disaat kamu belum mandi seharian? ...

Kamis, 22 November 2012

Solusi Menyehatkan Junk Food

Selama ini ada salah pengertian soal fast food. Ternyata tidak semua fast food buruk bagi tubuh kita. Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Hardinsyah MS., pengertian fast food adalah segala makanan dan minuman yang bisa kita makan dalam waktu cepat dan singkat.

“Fast food sendiri bisa kita bagi dalam tiga kategori. Pertama, yang dampaknya ditakuti karena banyak kandungan garam, lemak, dan gula. Kedua, netral-netral saja. Ketiga, kategori yang justru bagus dikonsumsi sebagai sumber energi dan kesehatan tubuh,” katanya.

Ia mencontohkan pecel atau gado-gado. Makanan tradisional tersebut termasuk jenis fast food, dan sangat bagus dikonsumsi karena mengandung sayur-sayuran.

“Ada restoran fast food, tapi kita bisa memilih beragam makanan apakah daging atau sayur-sayuran. Beda lagi dengan restoran fast food dimana kita bisa memilih menu, tapi pilihan menunya semua goreng-gorengan,” kata Hardinsyah yang menempuh pendidikan doktoralnya (PhD) di University of Queensland, Australia.

Jadi, lanjut dr Hardinsyah, tidak semua fast food itu jelek. Berbeda bila kita menyoroti soal junk food.
“Junk food memang sesuatu yang tidak berguna. Ini termasuk fast food kategori pertama, dengan cirinya banyak mengandung minyak, lemak (terutama lemak jenuh dan minyak trans), rasanya asin karena banyak garam, dan terlalu manis karena banyak gula,” katanya.

Dampak mengonsumsi makanan dengan lemak, garam, dan gula berlebih sangat tidak baik bagi tubuh. Prof. Hardinsyah menguraikan, makanan terlalu asin meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Makanan terlalu manis meningkatkan risiko kegemukan. Sedangkan makanan tinggi minyak trans dan lemak jenuh, selain menyebabkan kegemukan juga meningkatkan kolesterol jahat (LDL).

Namun bukan berarti junk food adalah satu-satunya faktor penyebab tingginya penderita hipertensi dan kolesterol. Sebab, lanjutnya, tekanan darah tinggi dan kolesterol bisa ditimbulkan dari banyak faktor.

“Stres juga bisa menyebabkan munculnya hipertensi. Saya tidak bisa mengatakan masyarakat menderita kolesterol dan hipertensi karena junk food, sebab konsumsi junk food masih terbatas pada masyarakat di perkotaan,” katanya.

Masyarakat di pedesaan masih jauh dari konsumsi junk food, tapi bisa saja mengalami hipertensi dan kolesterol. “Mungkin karena mereka mengonsumsi makanan asin berlebih seperti teri asin, ikan asin yang murah, dan akhirnya kena hipertensi. Jadi bukan karena makanannya, tapi karena zat yang ada di dalam makanan tadi berlebih,” katanya.

Sebenarnya, kata Prof. Hardinsyah, dampak buruk konsumsi junk food bisa dikendalikan melalui kebijakan industri untuk mengurangi penambahan zat gula, garam, dan lemak. Bisa juga melalui etika pengusaha yang membatasi atau mengurangi zat-zat tersebut. Cara lain, pengusaha bisa menyerahkan kepada konsumen untuk mencampur sendiri garam dengan makanan yang dibeli.

“Misalnya saja, pengusaha makanan bisa mengubah pola penyajian makanannya. Kentang goreng disajikan dengan satu sachet (bungkus kecil) garam. Terserah konsumen apakah mau mencampur kentang goreng dengan garam atau tidak?” ujarnya.

Di sinilah tugas pemerintah untuk mendidik masyarakat, salah satunya melalui pengetahuan gizi, sehingga konsumen bisa memagari diri dalam mengonsumsi makanan. Jika konsumen memahami dampak kelebihan zat garam, mungkin mereka hanya akan menggunakan separuh atau seperempat sachet garam saja.

“Yang terjadi selama ini, kalau kita beli kentang goreng di restoran waralaba, garam sudah dicampurkan. Konsumen tidak leluasa mengatur sendiri,” katanya.

Mestinya, lanjut dia, pemerintah memberikan petunjuk agar pengusaha makanan mau memisahkan kentang goreng dan garam dalam sachet. Bisa juga dibuat regulasi khusus untuk penjual makanan siap saji.

“Sejak 2009, Pemerintah New York telah mengatur soal itu dan bisa berjalan baik sampai sekarang,” katanya.

Regulasi tidak harus dibuat pemerintah pusat, tetapi cukup pemerintah daerah. “Cobalah dimulai dari Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta membuat regulasi untuk mengatur penjual makanan. Lalu diikuti pemerintah daerah di kota-kota besar dulu seperti Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Medan dan sebagainya,” jelasnya.

Tidak hanya soal petunjuk penyajian, tapi juga aturan menu yang disediakan.
Pada prinsipnya masyarakat boleh saja mengonsumsi makanan dengan tujuan kesenangan atau kegembiraan, asalkan mengimbanginya dengan konsumsi jus buah dan sayur-sayuran bisa berupa salad, karedok, pecel.

Oleh karena itu, kata Prof. Hardinsyah, perlu ada kebijakan di mana setiap waralaba yang menjual makanan goreng serta mengandung banyak minyak trans, juga menjual jus segar atau potongan buah segar. Jadi bukan menjual jus bahan kimia.

Hardinsyah berkeyakinan, aturan tersebut bisa dikenakan pada penjual makanan. “Kalau dibilang aturan waralabanya tidak memperbolehkan menjual jus buah segar atau potongan buah, itu bohong. Buktinya, di Amerika restoran fast food tidak menjual nasi tapi di Indonesia bisa,” tandasnya.

Pemerintah dan swasta juga harus memberikan kesadaran kepada masyarakat soal pentingnya makanan seimbang, sehingga ketika membeli ayam goreng mereka juga memesan potongan buah segar.


http://id.she.yahoo.com/solusi-menyehatkan-junk-food.html

Oleh: Marmi Panti Hidayah

Senin, 05 November 2012

yang ke-DUA



Setiap orang pasti akan selalu mau menjadi yang pertama, bukan yang kedua. Selalu mau menjadi yang terdepan dalam segala hal. Dan yang pasti, selalu mau mendapatkan yang terbaik untuk dirinya sendiri, tidak perduli dengan sekitarnya dan tidak perduli dengan orang-orang yang sebenarnya sayang padanya.

Untuk bisa menjadi yang pertama harus ada yang kedua, dan untuk bisa menjadi yang kedua harus ada yang ketiga, begitu seterusnya. Kadang menjadi yang pertama harus dituntut untuk adil, lebih dewasa, lebih mandiri, dan punya tanggung jawab yang besar untuk dirinya sendiri yang untuk orang-orang yang ada disekitarnya, itupun jika kita merasa makhluk sosial.

Dan jika kita terlanjur menjadi yang kedua, terima lah dengan penuh keyakinan dan kesabaran bahwa suatu saat nanti, kita akan menjadi yang pertama walau hanya sekejap tapi dengan kualitas yang lebih bagus.

Aku, anak ke-dua dari tiga bersaudara. Aku mempunyai kakak perempuan dan mempunyai adik perempuan. Kadang kita bisa saling berbagi tapi kadang kita juga punya rasa iri terhadap satu sama lain, tidak bisa dihindari bahwa semua itu bisa terjadi walau dengan saudara kandung sekalipun, tapi akhirnya rasa sayang yang kita miliki mengalahkan semuanya, keceriaan kembali datang dalam lingkaran dunia kita.

Kehidupanku begitu menyenangkan saat aku masih kecil, saat aku belum begitu mengerti bagaimana dunia ini yang sebenarnya, kehidupan yang orang dewasa katakan adalah dunia yang kejam dan memperlihatkan kehidupan yang sebenarnya untuk tetap bisa bertahan hidup. Sekarang, aku bisa merasakan itu, dan aku bisa tau karna aku merasakannya. Saat aku putus sekolah dibangku kuliah karna aku harus mengalah untuk lebih meringankan beban orang tua yang aku sayang, membiarkan kakaku menjadi seorang sarjana dengan melihat senyuman bangga diraut wajah kedua orang tuaku, sudah mengobati rasa kecewaku terhadap mereka. Aku yang bekerja untuk bisa bertahan hidup dilingkungan sekitarku, membuat aku bisa lebih dewasa dan menjadikanku wanita yang begitu punya banyak kesabaran. Hingga akhrinya cita-citaku untuk kembali sekolah bisa tercapai dengan hasil kerja ku sendiri, tanpa membebani siapapun.

Sampai kehidupan pribadipun, terkadang aku harus mengalah, karna aku ... yang ke-dua.

Intinya, untuk menjadi yang kedua, kita harus lebih hebat dari yang pertama, karna di dunia ini, sekuat apapun yang kedua, selalu yang pertama yang jadi juara. Tidak perduli seberapa banyak yang sudah dilakukan, yang pertama akan mendapatkan applause lebih ramai dari yang kedua. Tampak jelas ketidak adilan dalam hal ini, tapi kita tidak bisa protes karna semua ini sudah ditulis dalam sebuah buku harian orang-orang yang kedua, yang sudah dicetak dan disebar luaskan, agar semua tau , bahwa hidup kadang tidak bisa memilih, hanya bisa menerima. Tapi, menerima dengan pilihan, menjalankannya dengan pasrah atau penuh tanggung jawab dengan harapan, ada sedikit perubahan untuk kebaikan dirinya sendiri.

dan semua ini, tentang aku dan pilihanku..