Senin, 05 November 2012

yang ke-DUA



Setiap orang pasti akan selalu mau menjadi yang pertama, bukan yang kedua. Selalu mau menjadi yang terdepan dalam segala hal. Dan yang pasti, selalu mau mendapatkan yang terbaik untuk dirinya sendiri, tidak perduli dengan sekitarnya dan tidak perduli dengan orang-orang yang sebenarnya sayang padanya.

Untuk bisa menjadi yang pertama harus ada yang kedua, dan untuk bisa menjadi yang kedua harus ada yang ketiga, begitu seterusnya. Kadang menjadi yang pertama harus dituntut untuk adil, lebih dewasa, lebih mandiri, dan punya tanggung jawab yang besar untuk dirinya sendiri yang untuk orang-orang yang ada disekitarnya, itupun jika kita merasa makhluk sosial.

Dan jika kita terlanjur menjadi yang kedua, terima lah dengan penuh keyakinan dan kesabaran bahwa suatu saat nanti, kita akan menjadi yang pertama walau hanya sekejap tapi dengan kualitas yang lebih bagus.

Aku, anak ke-dua dari tiga bersaudara. Aku mempunyai kakak perempuan dan mempunyai adik perempuan. Kadang kita bisa saling berbagi tapi kadang kita juga punya rasa iri terhadap satu sama lain, tidak bisa dihindari bahwa semua itu bisa terjadi walau dengan saudara kandung sekalipun, tapi akhirnya rasa sayang yang kita miliki mengalahkan semuanya, keceriaan kembali datang dalam lingkaran dunia kita.

Kehidupanku begitu menyenangkan saat aku masih kecil, saat aku belum begitu mengerti bagaimana dunia ini yang sebenarnya, kehidupan yang orang dewasa katakan adalah dunia yang kejam dan memperlihatkan kehidupan yang sebenarnya untuk tetap bisa bertahan hidup. Sekarang, aku bisa merasakan itu, dan aku bisa tau karna aku merasakannya. Saat aku putus sekolah dibangku kuliah karna aku harus mengalah untuk lebih meringankan beban orang tua yang aku sayang, membiarkan kakaku menjadi seorang sarjana dengan melihat senyuman bangga diraut wajah kedua orang tuaku, sudah mengobati rasa kecewaku terhadap mereka. Aku yang bekerja untuk bisa bertahan hidup dilingkungan sekitarku, membuat aku bisa lebih dewasa dan menjadikanku wanita yang begitu punya banyak kesabaran. Hingga akhrinya cita-citaku untuk kembali sekolah bisa tercapai dengan hasil kerja ku sendiri, tanpa membebani siapapun.

Sampai kehidupan pribadipun, terkadang aku harus mengalah, karna aku ... yang ke-dua.

Intinya, untuk menjadi yang kedua, kita harus lebih hebat dari yang pertama, karna di dunia ini, sekuat apapun yang kedua, selalu yang pertama yang jadi juara. Tidak perduli seberapa banyak yang sudah dilakukan, yang pertama akan mendapatkan applause lebih ramai dari yang kedua. Tampak jelas ketidak adilan dalam hal ini, tapi kita tidak bisa protes karna semua ini sudah ditulis dalam sebuah buku harian orang-orang yang kedua, yang sudah dicetak dan disebar luaskan, agar semua tau , bahwa hidup kadang tidak bisa memilih, hanya bisa menerima. Tapi, menerima dengan pilihan, menjalankannya dengan pasrah atau penuh tanggung jawab dengan harapan, ada sedikit perubahan untuk kebaikan dirinya sendiri.

dan semua ini, tentang aku dan pilihanku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar