Sudah 1 tahun 9 bulan Adit dan Tya menjalin hubungan
sebagai sepasang kekasih, mereka saling mencintai, selalu berusaha untuk saling
mengerti satu sama lain, dalam berbagai hal. Mencoba menyelesaikan masalah
berdua dengan satu pembicaraan yang bisa diambil titik tengah atau solusi yang
baik untuk kedua belah pihak.
Tidak hanya kebahagiaan yang sering mereka bagi, tapi
kesedihan juga sering mereka bagi untuk mengurangi sedikit beban yang dipikul
oleh masing-masing. Canda Tya bisa membuat Adit tertawa lepas dengan mengumbar
senyuman manis, dan Air mata Tya bisa membuat Adit sedih tapi juga bisa membuat
Adit menjadi kuat, supaya Adit bisa merangkul Tya agar Tya tidak terjatuh.
Perbedaan usia yang cukup jauh, membuat mereka merasa
mereka bisa saling melengkapi satu sama lain, entah itu dalam hal kehidupan
dunia, pendidikan, atau hiburan yang bisa mereka nikmati berdua. Adit yang
bergitu serius bisa mencair saat Tya melontarkan candaan ringan saat mereka
bersama. Tya yang belum tau tentang dunia dan kehidupan yang keras, Adit punya
jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan Tya. Yaa.. mereka saling melengkapi
untuk membuat dunia mereka bahagia , dan berbeda dari yang lain.
Untuk mereka, cinta mereka berbeda, tidak sama dengan
pasangan lain yang bisa pergi nonton ke bioskop di malam minggu. Hanya pergi
makan malam sehabis Adit pulang kerja dengan banyak note reminder dalam
pikirannya, itu sudah cukup membuat mereka seperti sepasang kekasih yang
sempurna. Atau, Adit yang menjemput Tya dikampusnya, saat keluar kelas Tya
melihat Adit sedang berbaur dengan teman-teman Tya, itu sudah cukup membuat
orang-orang melirik iri pada mereka. Hambatan yang paling tidak bisa dihindari
dalam hubungan mereka adalah, orang tua Tya yang tidak sependapat bahwa
perbedaan 11 tahun itu tidak baik untuk menjalin sebuah hubungan yang serius.
Mereka berpikir bahwa hubungan semacam itu hanyalah beralaskan nafsu sesaat,
entah itu karna Tya adalah gadis manis yang banyak digandrungi oleh pria pria seusianya
atau seusia Adit, jadi Adit pun tertarik dengan Tya. Atau, karna seorang Adit
adalah pria mapan yang tampan dan banyak dikejar-kejar oleh banyak wanita. Yang
tau semuanya, hanyalah mereka, Adit dan Tya.
Hubungan mereka tidak luput dari masalah mereka
berdua, kemarahan Adit dan kekesalan Tya bisa menjadi bumbu dalam hubungan
mereka. Adit seorang karyawan di suatu perusahaan yang cukup ternama
dibidangnya, dan kesibukannya mungkin sama dengan mini market yang buka 24 jam.
Sedangkan Tya, mahasiswi yang punya banyak waktu luang saat tidak bertemu
dosennya dikelas. Terkadang Adit bisa meluangkan waktunya yang banyak untuk
Tya, tapi terkadang Tya mengeluh karna Adit yang begitu sibuk dan tidak punya
waktu untuknya. Padahal, saat Adit tidak bersama Tya, sebisanya Adit memberikan
perhatian penuh untuk Tya, entah untuk sekedar mengingatkan makan, menanyakan
kabar, memberitahu apa yang sedang Adit lakukan. Adit melakukan itu semua tapi
itu tidak cukup membuat Tya mengerti bahwa Adit terus berusaha untuk tidak
membuat Tya kesepian. Dan setiap kali Tya merasa begitu, Adit selalu bisa
meyakinkan Tya tentang pengorbanan yang Adit lakukan, bukan untuk membuat Tya
merasa tidak enak atau berhutang budi, tapi Adit hanya ingin memberitahu Tya,
bahwa dia selalu menjadi prioritas untuk Adit.
Pelukan hangat pun bisa menjadi obat yang mujarab
untuk Adit, menenangkan Adit bahwa Tya, sudah kembali.
Tya bisa menjadi sangat menyebalkan, dia bisa marah
jika Adit telat mengangkat telp darinya, walopun alasannya sangat masuk akal ,
tapi Tya tidak mau perduli. Atau saat Adit tertidur karna kelelahan, dia bisa
mematikan handphone nya krna kesal tidak ada balasan dari Adit. Dan Adit pun
hanya manusia biasa, dia bisa marah saat batas kesabarannya diuji. Tidak ada
pertengkaraan saat itu, hanya Adit yang terus bicara tentang ketidaksukaan
sikap Tya, Tya hanya bisa mendengarkan semua keluhan Adit, dan mencoba meresapi
semuanya dalam hati dan pikiran. Tya tidak bisa berkata banyak, semua kata kata
yang ada tiba tiba hilang seperti dibawa mati fir’aun. Tya menjerit dalam hati,
dia inginkan katakan “Aku Sangat Merindukan Kamu, sampai aku berbuat bodoh
seperti ini” , tapi semuanya tertahan , ntah kenapa..
Butuh 1 jam untuk bisa mendinginkan suasana mobil
ditambah cuaca panas diluar, bicara “MAAF” dan memeluk erat tanda tak mau
kehilangan dan berjauhan.
Melihat senyuman Adit, hati Tya pun tenang , dan
itulah kebahagiaan menurut mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar